Diriwayatkan dari Ibnu Sihab (dimana) telah menginformasikan padaku Anas bin Malik ra., bahwa Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan (sisa) umurnya, maka sambunglah (tali) kerabatnya. (HR. Bukhari)
Kosakata:
أَحَبَّ : suka
أَنْ يُبْسَطَ : untuk diluaskan
يُنْسَأَ : dipanjangkan
أَثَرِهِ : (sisa) umurnya
فَلْيَصِلْ : maka sambunglah
رَحِمَهُ : kerabatnya
Takhrij: Karena terdapat dalam Shahihain (dua kitab sahih, yaitu Bukhari (no. 2043) dan Muslim (no. 6476), maka hadis tersebut ternilai sahih. Juga diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 1694), Ibnu Hiban (no. 473), dan al-Baihaqi (no. 13381), di mana kesemuanya dari sahabat Anas bin Malik ra.
Syarah Hadis:
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
Dari Anas, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka.” (H.R. Bukhari Muslim)
قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُڪُمۡ وَإِخۡوَٲنُكُمۡ وَأَزۡوَٲجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٲلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَـٰرَةٌ۬ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَـٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡڪُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ۬ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِىَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَہۡدِى ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَـٰسِقِينَ – ٢٤
Katakanlah: “Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (At-Taubah 9: 24)
Cinta adalah rasa sayang, empati, keinginan untuk memiliki dan dimiliki, yang di tanamkan Allah SWT di lubuk hati manusia. Rasa cinta adalah anugerah Allah tiada terhingga, baik cinta kepada lawan jenis (kekasih hati), cinta isteri kepada suami atau sebaliknya, cinta anak kepada orangtua atau sebaliknya, cinta manusia kepada harta benda yang dimilikinya, rasa cinta adik kepada kakaknya atau sebaliknya, cinta kepada sanak saudara, kepada sesama manusia, cinta kepada hewan (fauna) bahkan kepada alam tumbuh-tumbuhan (flora).
Fitrah manusia adalah mencintai dan dicintai.Manusia akan merasakan nikmat mencintai kekasihnya, orang tuanya, orang sekitarnya dan sesamanya.Manusia mencintai orang tua karena keduanya telah melahirkan, mendidik, dan membesarkannya. Manusia mencintai lawan jenis karena wajah, pisik, kekayaan, keturunan, pendidikan ataupunkarena nafsu. Namun rasa cinta itu, sesungguhnya hal itu takkan pernah terjadi kalau bukan karena rahmat Allah SWT. Karena itu barangsiapa yang mencintai Allah dan Rasul-Nya serta berjihad dijalan Allah niscaya dia akan merasakan manisnya iman. Sabda Rasulullah
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
Dari Anas, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka.” (H.R. Bukhari Muslim)
Cinta kepada sesama manusia, harta benda dan alam semesta ini, sifatnya fana. Sewaktu-waktu Allah bisa mengambilnya dari genggaman manusia. Bila Allah ingin mencabut nyawa orang yang kita cintai, tidak ada manusia yang bisa menghalangi.
Diingatkan oleh Rasulullah SAW, bagi orang-orang yang beriman, rasa cinta kepada anak – isteri-suami, harta benda, dan alam semesta ini, tidaklah boleh melebihi kecintaan kepada Sang Khalik, Yang Maha Pencipta.
Dari Anas r.a, Rasulullah SAW bersabda :
عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian hingga ia lebih mencintai aku daripada kedua orangtuanya, anaknya, dan manusia semuanya.”
Ciri utama orang beriman adalah mencintai Allah dan Rasulnya. Rasa cinta itu harus dibuktikan denga keteguhan iman dan ketabahan serta keikhlasan dalam menjalani segala ujian. Cinta kepada Allah harus dibuktikan dengan ketekunan melaksanakan ibadah, kerelaan berkorban harta benda bahkan kalau perlu jiwa.
Makin tinggi rasa cinta kepada Allah, makin berat pula ujiannya, terutama ujian dalam bentuk godaan tahta, harta dan wanita. Para Nabi Allah saja, harus menjalani berbagai ujian untuk membuktikan cinta mereka kepada Allah. Nabi Ayyub AS misalnya, bertahun-tahun diberikan penyakit yang tak bisa diobati. Nabi Nuh AS diberi cobaan dengan keingkaran anak, isteri dan umatnya sampai Allah mendatangkan banjir besar. Nabi Yunus diuji 40 hari tinggal dalam perut ikan hiu. Begitu juga nabi Musa AS yang diberi ujian menghadapi kedzaliman Fir’aun dan pengkhianatan dari umatnya. Nabi Yusuf AS diuji dengan godaan kecantikan Siti Zulaikha.
Bila seseorang sudah sempurna kecintaannya kepada Allah dan Rasululullah, disitulah manusia akan merasakan manisnya iman. Di saat itulah, orang-orang beriman tidak lagi menjadi hubuddunnia atau mencintai dunia melebih kecintaannya kepada Allah. Cinta yang ekstrim, diperlihatkan oleh para sufi yang hidup mereka hanya untuk memuja dan beribadah Allah, mengabaikan duniawi. Rabi’ah al’Adawiyah contohnya, karena cintanya kepada Allah tidak mau berbagi, beliau tidak mau menikah, punya anak dan menolak godaan harta benda. Seluruh hidupnya hanya digunakan untuk beribadah, dzikir, bertasbih dan tahmid kepada Allah SWT.
Adapun tiga perkara yang menjadikan seseorang dapat merasakan manisnya iman, antara lain :
a. Mencintai Allah dan Rasul – Nya melebihi cintanya kepada selain keduanya.
b. Mencintai dan membenci seseorang tidak lain karena Allah SWT.
c. Membenci melakukan kekufuran setelah dirinya beriman.
Rasulullah SAW bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ اِلإِيْمَانِ : أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
“Ada tiga perkara yang bila seseorang memilikinya, niscaya akan merasakan manisnya iman, ‘Yaitu, kecintaannya pada Allah dan RasulNya lebih dari cintanya kepada selain keduanya……”. (HR. Bukhari )
Seseorang yang mencintai Allah, maka dia selalu ingat kepadaNya, kapanpun dan dimanapun, baik ketika sedang berdiri, sedang duduk, sedang berbaring atau ketika sedang melakukan apapun. Mencintai Allah haruslah diwujudkan dengan iman yang tinggi, melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya. Cinta kepada Allah harus dibuktikan dengan melaksanakan secara murni dan konsekuen semua Rukun Iman, Rukun Islam dan seluruh syari’at Islam.
Betapa nikmatnya mencintai ‘Tuhan Yang Maha Hidup’ yang telah menghidupkan. Maka kecintaan kepada Allah sudah seharusnya menjadi cinta yang paling utama daripada kecintaan kepada duniawi. Cinta kepada Allah merupakan keabadian, tidak hanya ketika manusia hidup di muka bumi bahkan sampai mereka meninggal dunia sampai ke yaumil mahsyar, alam keabadian.
Seseorang yang mencintai Tuhannya, maka hatinya hanya diisi oleh semua Nama-nama Tuhan yang indah’, sehingga tidak ada tempat di hatinya untuk yang selainnya, karena tiada yang lebih utama baginya selain selalu mengingatnya, mengagungkannya dan mencari keridhoannya. Manusia beriman, hari-hari hidupnya akan diisi dengan dzikir, tahlil dan tahmid memuji Allah.
Cinta kepada Nabi Muhammad SAW adalah manifestasi cinta kepada Allah SWT. Rasulullah adalah utusan yang membawa dan menyebarkan wahyu kebenaran Allah kepada semua umat manusia. Rasulullah adalah hamba yang paling disayangi Allah, maka manusia yang beriman, berkewajiban pula menyayangi apa yang disayangi Allah SWT.
Mencintai Rasulullah tidaklah sekedar ucapan tetapi harus diwujudkan dengan melaksanakan semua ajaran dan contoh teladan yang diberikan Rasulullah. Nabi Muhammad diutus Allah untuk memperbaiki akhlak manusia. Maka, orang yang mencintai Rasululullah harus membuktikan mereka memiliki akhlaqul karimah yang sesuai dengan akhlak Rasul.Wujud nyata kecintaan kepada Rasululullah, terlihat dari pelaksanakan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Kecintaan kepada Rasulullah juga diwujudkan dengan selalu mengingat nama beliau, mengucapkan salawat dan mendoakan beliau.
Rasulullah SAW bersabada:
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
“Barangsiapa bershalawat atasku sekali, niscaya Allah bershalawat atasnya sepuluh kali.” (HR. Muslim)
Mencintai Rasul haruslah sepenuh hati ikhlas dan penuh rasa iman dan pengorbanan. Orang-orang yang mencintai Rasul memiliki keyakinan bahwa mereka juga akan dicintai Rasulullah dan akan mendapat syafaat di kehidupan akhirat kelak. Karena memang begitulah yang dijanjikan Rasulullah SAW.
وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ ». قَالَ حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ « فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ».
قَالَ أَنَسٌ فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ الإِسْلاَمِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ».
قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ.
Dari Anas bin Malik, ia berkata: “seseorang datang menemui Rasulullah : “Wahai Rasulullah, kapan akan terjadi hari kiamat?” beliau bersabda: “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” ia menjawab: “kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.” Lalu beliau bersabda: “sesungguhnya engkau akan bersama-sama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Muslim)
Cinta kepada Allah dan rasul tidaklah hanya cukup sekedar diucapkan sebagai pemanis bibir tetapi harus mampu diwujudkan sebagai muslim yang kaffah dalam kehidupan sehari-hari, terlihat nyata dalam perilaku yang akhlaqul karimah. Semoga!!!
No comments:
Post a Comment