Setelah Allah
menciptakan Nur (cahaya) Muhammad, Allah menciptakan Al-Qalam (pena).
Kemudian Allah berkata padanya, “tulislah!”, pena berkata, “Apa yang aku
tulis wahai Allah”, Allah berkata, “tulislah semua kejadian sampai
datangnya hari kiamat!”, pena kemudian menulis sesuai dengan
kehendaknya. Namun, ketahuilah bahwa apa-apa yang dikehendaki makhluk
pada hakikatnya adalah kehendak Allah.
Allah berfirman,
وَمَا تَشَاءُونَ إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. (QS. At-Takwir: 29)
Semua
yang telah, sedang, dan akan terjadi telah tertulis di Lauhul Mahfudz.
Oleh karena itu salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh seorang
muslim adalah wajib beriman kepada takdir Allah. Apabila semua yang
terjadi telah tertulis, maka yang bisa dilakukan oleh manusia hanyalah
pasrah kepada kehendak-Nya. Manusia hanya sebatas berikhtiyar dan ia
diwajibkan untuk menerima dengan ridha atas segala ketetapan-Nya.
Di
dalam hadits qudsi Allah berfirman, “barangsiapa yang tidak bersabar
atas ujian-Ku, tidak bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku, tidak ridha dengan
qadha’-Ku maka carilah tuhan selain Aku, dan keluarlah dari langit dan
bumi-Ku!”. Hadits ini menggambarkan kemarahan Allah atas orang-orang
yang tidak ridha dengan takdir-Nya.
Rezeki yang berupa
penghasilan adalah salah satu bagian dari takdir Allah. Ada orang yang
berpenghasilan banyak, ada pula yang berpenghasilan sedikit. Bagi orang
mukmin, penghasilan banyak atau sedikit tidak jadi masalah. Yang jadi
masalah adalah apabila keimanan dan keislamannya tergadai dengan dunia.
Orang mukmin telah yakin dengan janji Allah,
Allah berfirman,
وَمَا
مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ
مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Dan
tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh). (QS. Huud: 6).
Allah berfirman,
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ
Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. (QS. Az-Zumar: 36).
Selama
Orang mukmin menggantungkan hidupnya hanya kepada Allah, maka Allah
akan mencukupinya dan dunia akan datang kepadanya dengan tanpa bersusah
payah. Ia percaya bahwa selama ia berusaha menjalankan perintah-perintah
Allah sesuai dengan kemampuannya dan berharap hanya kepada Allah maka
Allah akan mencukupi kebutuhanya.
Allah berfirman,
وَمَنْ
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا
يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ
اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan
Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu. (QS. At-Thalaq: 2-3).
Setelah
merenungi firman-firman Allah di atas, semoga kita tidak lagi khawatir
dengan masa depan. Masa depan yang sebenarnya adalah negeri akhirat yang
kekal abadi, tempatnya orang-orang yang bertaqwa dan beramal saleh.
No comments:
Post a Comment