4 Jun 2017

Menurut Al-Qur’an dan Pemahaman Manusia Tentang Alam Semesta, Manusia Purba, Nabi Adam dan Alien

Assalamu’alaykum,

• • – – –

Dimulai dari Nabi Adam dan Manusia Purba, mana yang lebih dahulu? Nabi Adam yang lebih dulu diturunkan, baru setelah itu ada yang disebut sebagai Manusia Purba? Atau sebelum Nabi Adam turun sudah ada Manusia Purba lalu dimusnahkan agar memberi tempat bagi sang Khalifah dan Nabi pertama untuk menjalankan tugas dari-Nya? ATAU, malah ada sebuah kehidupan yang terjadi jauh sebelum penciptakan Khalifah Nabi Adam dan Manusia Purba?

Jika kita mengambil pelajaran dari beberapa (terjemahan) ayat Al-Qur’an: “Dan Dialah yang memulai penciptaan itu, kemudian Dia mengembalikannya/mengulangi kembali ciptaan itu, dan mengulangi itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat Yang Mahatinggi di langit dan bumi, dan Dialah Yang Maha perkasa, Maha bijaksana.” (Q.S. Ar-Ruum [30] : 27)

Dan dapat juga dipelajari dari (terjemahan) ayat surah-surah lainnya, seperti (Q.S. Yunus [10] : 34), (Q.S. Al-Anbiya’ [21] : 104), (Q.S. Al Buruuj [85] : 13), (Q.S. An-Naml [27] : 64), (Q.S. Al-Ankabut [29] : 19) dan (Q.S. Ar-Ruum [30] : 11).


Setelah saya meninjau pemikiran saya lewat (terjemahan) ayat-ayat tersebut, betapa bodohnya kita sebagai makhluk jika kita hanya berpikir bahwa alam semesta ini hanya satu kali diciptakan oleh Allah, berkembang, dan hancur di hari kiamat, dan selesai. Lalu disambung kehidupan rohani abadi di akhirat.

Terlalu remeh tampaknya jika kita berpikir bahwa Allah hanya menciptakan langit dan bumi yang luasnya tak akan diketahui oleh siapapun selain diri-Nya, hanya untuk kita manusia. Maka, dengan (terjemahan) ayat-ayat yang saya cantumkan diatas, menjadi jelas bahwa Allah dapat dengan mudah menciptakan dan mengulanginya kapanpun dan berapapun sesuai kehendak-Nya. Allah mampu mengulanginya sampai pada jumlah yang tak terbatas. Mudah sekali bagi-Nya. Allah mampu membuat alam kembar atau pararel. Allah Mahakuasa membuat duplikat sampai bermiliar Bumi beserta isinya yang sama persis ataupun berbeda.

• • • – –

Dalam ilmu pengetahuan, kita banyak mendengar teori penciptaan alam semesta yang disebut “Big Bang“, yang menyatakan bahwa awal segalanya adalah sebuah ledakan besar, lalu mengembang terus-menerus. Juga ada teori “Big Crunch“, bahwa setelah mengembang luasan miliar tahun, daya kembangnya habis. Lalu mengkerut lagi menjadi satu titik singularitas dan musnah. Kemudian ada teori “Oscillating Universe“, bahwa titik itu akan meledak lagi mengembang cepat mengulangi kejadian awal dulu. Lalu mengkerut lagi. Kemudian mengembang lagi.

Beberapa teori yang saya cantumkan diatas, persis ya jika dikait-kaitkan dengan (terjemahan) ayat ke-27 surah Ar-Ruum? Well, itulah Al-Qur’an! Ditambah, konsep Tauhid adalah meyakini hanya Allah Yang Maha Esa, selain Allah tidak ada yang tunggal. Maka, yang ‘satu’ hanyalah Allah semata, sedang lainnya ada banyak. Termasuk alam semesta yang juga banyak, tidak hanya satu yang kita diami ini, atau yang kita lihat ini atau yang kita pelajari ini.

Maka, bila saya boleh menyimpulkan. Sebelum Nabi dan Khalifah pertama datang ke muka bumi. Sudah ada kehidupan yang nyata sebelumnya di muka bumi ini.

Sebagai panutan tambahan adalah (Q.S. Al Baqarah [2] : 30) “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al Baqarah [2] : 30).

Dengan banyaknya (terjemahan) ayat-ayat Al-Qur’an yang saya cantumkan disini. Maka dapat berfungsi sebagai penguat bahwa sebelum Nabi Adam, ada sebuah kehidupan nyata yang terjadi di muka bumi. Menurut syariat Islam, Adam tidak diciptakan di Bumi, tetapi diturunkan dimuka bumi sebagai manusia dan diangkat/ditunjuk Allah sebagai Khalifah (pemimpin/pengganti/penerus) di muka bumi atau sebagai makhluk pengganti yang tentunya ada makhluk lain yang di ganti, dengan kata lain adalah Nabi Adam bukanlah makhluk berakal pertama yang menghuni di Bumi (atau alam semesta).

• • • • –

Lalu, siapakah “makhluk” yang dikhawatirkan oleh para Malaikat pada (terjemahan) ayat 30 Al-Baqarah diatas? Sebagian berpendapat bahwa mereka adalah dari golongan jin. Dan sebagian berpendapat mereka adalah makhluk yang menyerupai manusia, tetapi memiliki karakteristik yang primitif dan tidak berbudaya (tidak lain berarti inilah yang biasa disebut Manusia Purba).

Seperti yang kita ketahui bahwa Allah SWT tidak menyukai “mubazir.” Jadi, sangat mubazir kalau Allah menciptakan alam semesta yang maha luas ini hanya untuk kepentingan kita (manusia) yang ada di Bumi. Maka dari itu, saya menjadi sangat terinspirasi untuk menguak tentang teori yang dapat dengan luas dikaji ini.

Kita bahas dari sudut pandang mereka yang berpendapat bahwa makhluk sebelumnya adalah dari golongan jin. Ada sebagian ulama yang berpendapat sedemikian merujuk dari Q.S. Al Hijr [15] : 27. Inilah bunyi (terjemahan) ayatnya: “Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (Q.S. Al Hijr [15] : 27). Maka para ulama tersebut berpendapat bahwa: “Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam diciptakan adalah Jin yang suka berbuat kerusuhan.” Seperti dalam kitab tafsir Ibnu Katsir. Menurut salah seorang perawi hadits yang bernama Thawus al-Yamani, salah satu penghuni sekaligus penguasa/pemimpin di muka bumi adalah dari golongan jin. Walaupun begitu pendapat ini masih diragukan karena manusia dan jin hidup pada dimensi yang berbeda. Sehingga tidak mungkin manusia menjadi pengganti bagi Jin. Namun, pendapat ini akan saya bahas lagi pada salah satu paragraf-paragraf berikutnya.

Lalu, dari sudut pandang mereka yang berpendapat bahwa Manusia Purba itu ada. Dari (terjemahan) ayat Al-Baqarah 30, banyak mengundang pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat di atas? Dalam Arkeologi, berdasarkan fosil yang ditemukan, memang ada makhluk lain sebelum manusia. Seperti yang populer diistilahkan macam Homo heidelbergensis, Homo rhodesiensis, Homo neanderthalensis, dan mungkin juga termasuk Homo antecessor. Mereka nyaris seperti manusia, tetapi memiliki karakteristik yang primitif dan tidak berbudaya. Volume otak mereka lebih kecil dari manusia, oleh karena itu, kemampuan mereka berbicara sangat terbatas karena tidak banyak suara vowel yang mampu mereka bunyikan.

Sebagai contoh Pithecanthropus Erectus memiliki volume otak sekitar 900 cc, sementara Homo Sapiens memiliki volume otak di atas 1000 cc (otak kera maksimal sebesar 600 cc). Maka dari itu bisa diambil kesimpulan bahwa semenjak 20.000 tahun yang lalu, telah ada sosok makhluk yang memiliki kemampuan akal yang mendekati kemampuan berpikir manusia pada zaman sebelum kedatangan Nabi Adam. TETAPI! itu menurut beberapa ahli. Yang bisa jadi, bukan merujuk kepada Al-Qur’an saat melalukan studi. Karena kebanyakan anggapan adalah, bahwa manusia modern adalah evolusi dari Manusia Purba.

Para kaum Evolusionis, sampai sekarang belum pernah memiliki bukti otentik tentang kebenaran Teori Evolusi. Terbukti dengan kisah kepalsuan Manusia Piltdown:

“Tengkorak Manusia Piltdown dikemukakan kepada dunia selama lebih dari 40 tahun sebagai bukti terpenting terjadinya “evolusi manusia”. Akan tetapi, tengkorak ini ternyata hanyalah sebuah kebohongan ilmiah terbesar dalam sejarah. Pada tahun 1912, seorang dokter terkenal yang juga ilmuwan paleoantropologi amatir, Charles Dawson, menyatakan dirinya telah menemukan satu tulang rahang dan satu fragmen tengkorak dalam sebuah lubang di Piltdown, Inggris. Meskipun tulang rahangnya lebih menyerupai kera, gigi dan tengkoraknya menyerupai manusia.

Spesimen ini diberi nama “Manusia Piltdwon”. Fosil ini diyakini berumur 500.000 tahun, dan dipamerkan di berbagai museum sebagai bukti nyata evolusi manusia. Selama lebih dari 40 tahun, banyak artikel ilmiah telah ditulis tentang “Manusia Piltdown”, sejumlah besar penafsiran dan gambar telah dibuat, dan fosil ini diperlihatkan sebagai bukti penting evolusi manusia. Tidak kurang dari 500 tesis doktoral telah ditulis tentang masalah ini.

Pada tahun 1949, Kenneth Oakley dari departemen paleontologi British Museum mencoba melakukan “uji fluorin”, sebuah cara uji baru untuk menentukan umur sejumlah fosil kuno. Pengujian dilakukan pada fosil Manusia Piltdown. Hasilnya sungguh mengejutkan. Selama pengujian, diketahui ternyata tulang rahang Manusia Piltdown tidak mengandung fluorin sedikit pun. Ini menunjukkan tulang tersebut telah terkubur tak lebih dari beberapa tahun yang lalu. Sedangkan tengkoraknya, yang mengandung sejumlah kecil fluorin, menunjukkan umurnya hanya beberapa ribu tahun.

Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa Manusia Piltdown merupakan penipuan ilmiah terbesar dalam sejarah. Ini adalah tengkorak buatan; tempurungnya berasal dari seorang lelaki yang hidup 500 tahun yang lalu, dan tulang rahangnya adalah milik seekor kera yang belum lama mati! Kemudian gigi-giginya disusun dengan rapi dan ditambahkan pada rahang tersebut, dan persendi-annya diisi agar menyerupai pada manusia. Kemudian seluruh bagian ini diwarnai dengan potasium dikromat untuk memberinya penampakan kuno.

Le Gros Clark, salah seorang anggota tim yang mengungkap pemalsuan ini, tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya dan mengatakan: “bukti-bukti abrasi tiruan segera tampak di depan mata. Ini terlihat sangat jelas sehingga perlu dipertanyakan – bagaimana hal ini dapat luput dari penglihatan sebelumnya?” Ketika kenyataan ini terungkap, “Manusia Piltdown” dengan segera dikeluarkan dari British Museum yang telah memamerkannya selama lebih dari 40 tahun. Skandal Piltdown dengan jelas memperlihat-kan bahwa tidak ada yang dapat menghentikan para evolusionis dalam rangka membuktikan teori-teori mereka. Bahkan, skandal ini menunjukkan para evolusionis tidak memiliki penemuan apa pun yang mendukung teori mereka. Karena mereka tidak memiliki bukti apa pun, mereka memilih untuk membuatnya sendiri.”Lihat lebih lengkap disini.

Dampak yang terjadi karena penemuan Manusia Piltdown adalah, pengabaian para ilmuwan terhadap penemuan fosil Australopithecine macam Taung child yang ditemukan oleh Raymond Dart pada 1920 di Afrika Selatan. Para ilmuwan terjerumus pada blind alley dan mempercayai penemuan Manusia Piltdown.

Sebagian berpendapat, bahwa Manusia Piltdown hanyalah cara Inggris untuk mengklaim bahwa manusia pertama berasal dari daratannya. Walaupun begitu, penemuan-penemuan lainnya tentang fosil-fosil purba yang menyerupai manusia kera, tidaklah palsu dan dipergunakan sebagai dasar Teori Evolusi. Pada 2003, kepalsuan karir Charles Dawson’s terkuak.

• • • • •

Bagaimana jika hal ini dipecahkan dengan Al-Qur’an? Subhanallah!, sepertinya saya berhasil menemukan sebuah pencerahan. Menurut saya, benar adanya manusia kera. Namun, dia bukanlah makhluk yang digantikan oleh Nabi Adam, bukan pula cikal bakal dari kita semua.  

Pada Q.S Al Baqarah [2] : 65-66 yang berbunyi: “Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”. Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”

Pada (terjemahan) ayat ke 66 surah Al Baqarah diatas, disebutkan bahwa “Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” Allah memiliki rencana agar peristiwa yang tercantum pada (terjemahan) ayat tersebut, menjadi pelajaran “bagi mereka yang datang kemudian.” Maka bisa disimpulkan, bahwa manusia kera adalah “orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu.” (Ayat yang mempunyai arti yang serupa adalah (Q.S. Al-Araf [7] : 166)). 

Maka dari itu, jika saat ini saya membuat tulisan ini. Tidak lain karena Allah memang mempersiapkan ayat ini untuk bisa menjadi “pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”

– • • • •

PERTANYAANNYA? Siapa orang-orang tersebut? Yang diwajibkan atas mereka hari Sabtu?

Langsung saja saya cantumkan beberapa (terjemahan) ayat Al-Qur’an:

“Sesungguhnya diwajibkan (menghormati) hari Sabtu atas orang-orang (Yahudi) yang berselisih padanya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar akan memberi putusan di antara mereka di hari kiamat terhadap apa yang telah mereka perselisihkan itu.” (Q.S. An-Nahl [16] : 124).

“Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan kami perintahkan kepada mereka: “Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud”, dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka: “Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu”, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh.” (Q.S. An-Nisa [4] : 154).


JAWABANNYA! Well, tidak lain dan tidak bukan, mereka adalah sebagian dari orang-orang Yahudi. Yang diwajibkan atas mereka hari Sabtu.

– – • • •

Jika memang orang-orang Yahudi-lah yang dikutuk oleh-Nya menjadi “kera yang hina.” Apakah Yahudi adalah keturunan kera? Tentu saja tidak!

Para Mufassir sepakat yang dikutuk menjadi kera, bukanlah seluruh bangsa Yahudi pada saat itu. Melainkan sebagian dari mereka saja yang melanggar perintah-Nya. Jika kita cermati lagi pada penggalan (terjemahan) ayat ke 65-66 surah Al-Baqarah: “Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu.” Bisa diartikan, bahwa tidak semua orang-orang pada saat itu yang dikutuk menjadi kera yang hina dina. Karena Allah menginginkan peristiwa tersebut menjadi sebuah peringatan bagi orang-orang dimasa tersebut. Bahkan para mufassir mengatakan bahwa kejadian itu hanya menimpa penduduk suatu desa saja, yang hidup di tepi pantai, di mana pekerjaan mereka adalah menangkap ikan di laut. Allah telah melarang mereka untuk menangkap ikan di hari Sabtu, karena hari itu adalah hari khusus untuk beribadah.

Jika kita pahami ayat ini: “Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” (Q.S. Al-Araf [7] : 163). Adalah landasan para mufassir dalam mentafsirkan jika Yahudi yang terkutuk itu, adalah para penghuni sebuah desa dekat pantai. Dan bukan semua orang Yahudi yang terkutuk.

Sebagai bukti, mereka (mufassir) menafsirkan lagi dari ayat ini: “Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. ” (Q.S. Al-Araf [7] : 165). Ayat berikut menerangkan lebih jelas bahwa tidak semua penduduknya desa itu ikut jadi kera (tidak juga seluruh Yahudi).

– – – • •

Lantas, apa dosa mereka? Hingga Allah sampai murka dan menjadikan mereka kaum yang hina?
Mereka melanggar ujian dari Allah, untuk tidak menangkap ikan pada hari Sabtu. Karena justru di hari Sabtu itulah ikan-ikan bermunculan dengan jumlah yang sangat banyak. Tapi selain hari tersebut, ikan-ikan seolah lenyap. (Lihat Q.S. Al-Araf [7] : 163).

Karena itulah, sebagian dari penduduk desa itu melakukan kecurangan. Yaitu, mereka memasang perangkap pada hari Jum’at sore menjelang masuknya hari Sabtu. Pada hari Sabtu mereka tetap beribadah. Dan pada hari Minggu, perangkap-perangkap itu telah dipenuhi ikan. Cara yang mereka tempuh ini tetap dianggap sebuah pelanggaran oleh Allah. Dan oleh karenanya, mereka yang melakukannya dikutuk menjadi kera yang hina.

– – – – •

Mengapa Allah sampai murka dan mengutuk sebagian orang-orang Yahudi tersebut? Bagi kebanyakan orang, mungkin pelanggaran tersebut terkesan remeh. Dan hukuman yang didapatkan sangatlah pedih. Namun, memang azab Allah memanglah pedih.

Sebagian dari sifat-sifat Yahudi yang tertera pada Al-Qur’an adalah: Hati mereka sudah tertutup akan Islam karena dilaknat oleh Allah SWT yang disebabkan oleh kekufuran mereka sendiri. (Lihat Q.S Al-Baqarah [2] : 88, 120, 145 dan 146). Maka tidak heran jika sebahagian orang-orang itu mendapatkan azab yang hina, dikarenakan mereka melanggar perjanjian yang sudah berkali-kali dilanggar. (Lihat Q.S Al Baqarah [2] : 64). Tentu saja Allah memiliki kehendak-Nya.

• – – – – – – – – –

Lalu, bagaimana dengan manusia kera? Bagaimana ayat-ayat Al-Qur’an dapat menjelaskan tentang penemuan-penemuan terkini tentang Manusia Purba? Ingatlah lagi dan lagi ayat ini: “Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S Al Baqarah [2] : 66). Tentu saja, bagi sebahagian kita yang ingat dan memperhatikan kebesaran Tuhannya, akan dijadikan sebuah bukti agar kita dapat mempelajarinya.

Jadi, apakah Manusia Purba itu ada? Saya berani menjawab jika yang dimaksud dengan Manusia Purba adalah nenek moyang anak-anak Adam, maka saya jawab TIDAK! Sudah sangat jelas dari pembahasan ayat-ayat tentang Yahudi yang terkutuk menjadi kera yang hina. Mengapa seolah-olah semua orang masih beranggapan bahwa teori evolusi benar?

Kalau yang disebut Manusia Purba adalah manusia-manusia yang dikutuk oleh Allah menjadi kera yang hina, maka benar adanya. Karena bukti fosil dari Manusia Kera (sekarang saya sebut seperti ini) banyak ditemukan oleh para ahli yang terkenal. Sesuai dengan firman Allah: “Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S Al Baqarah [2] : 66). Maka Allah benar-benar menepati janji-Nya untuk memberikan pelajaran kepada orang-orang yang akan datang.

Jangan heran jika banyak ditemukan fosil-fosil manusia yang menyerupai kera. Ingat! jika Yahudi yang terkutuk tersebut, dijadikan kera yang hina. Bukan kera seperti pada umumnya sekarang. Tentu wujudnya bukanlah sebaik kera-kera yang ada sekarang. Dan memang, fosil-fosil yang ditemukan bukanlah wujud seekor kera murni.

Contohnya seperti Homo heidelbergensis, Homo rhodesiensis, Neanderthal, Homo antecessor, dan masih banyak lagi. Wujud mereka tidak seperti kera-kera pada umumnya. Dan memang mereka bukanlah kera murni.

• – – – – • – – – –

Pertanyaannya, bagaimana bisa orang-orang Yahudi yang dikutuk menjadi kera yang hina bisa menjadi Manusia Kera yang fosil dan bukti kebenarannya bisa ditemukan dimana-mana? Selain karena Allah memang mempersiapkan semua ini untuk kita pelajari, ada beberapa penjelasan lainnya.

Untuk menjawabnya, kita perlu mengetahui dimana kira-kira letak dilaknatnya orang-orang Yahudi tersebut. Kalau kita buka kitab tafsir, misalnya Al-Jami’ li Ahkamil Quran karya Al-Imam Al-Qurtubi rahimahullah, disebutkan bahwa ada beberapa riwayat yang berbeda dalam menetapkan desa yang dimaksud. Menurut Ibnu Abbas ra., Ikrimah dan As-Suddi, nama desa itu adalah Aylah. Dalam riwayat lain menurut Ibnu Abbas juga, nama desa itu adalah Madyan. Terletak di antara Aylah dan At-Thuur.

Sedangkan menurut Az-Zuhri namanya adalah Thabariyah. Dan Qatadah serta Zaid bin Aslam mengatakan namanya Maqnat, yang terletak di pantai negeri Syam.

Dari beberapa nama kota yang terdapat dalam bermacam pendapat, Madyan dan Syam adalah yang berhasil saya pahami. Madyan terdapat di dua negara, Kota Madyan di Arab Saudi dan Madyan, Pakistan. Keduanya terletak di Asia. Sedangkan Syam, tidak lain dan tidak bukan adalah Syria (Suriah).

Lalu bagaimana para Manusia Kera tadi bisa bertebaran? Pada ayat: Q.S Al Baqarah [2] : 65-66 yang berbunyi: “Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”. Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”


Pada ayat diatas, Allah mengutuk orang-orang Yahudi tersebut menjadi “Kera yang hina.” Disini tidak disebutkan bahwa orang-orang Yahudi tersebut dikutuk seutuhnya menjadi kera secara fisik dan pikiran, atau hanya fisiknya saja. Namun, pada hakikatnya, orang-orang Yahudi adalah manusia yang pintar. Walaupun, mungkin sebagian akalnya menjadi kera, mereka pasti mempunyai kemampuan otak yang lebih tinggi dari pada kera murni, namun tidak setinggi manusia.

Sesuai dengan kasus-kasus penemuan Manusia Purba, mereka juga memiliki peradabannya sendiri-sendiri. Sedangkan kasus-kasus ditemukannya para Manusia Purba tersebut, kebanyakan ditemukan di daerah Afrika sampai ke China.

Bisa dimaklumi, jika para Manusia Kera yang terkutuk dari orang-orang Yahudi tadi. Akhirnya pergi meninggalkan tempat asalnya dengan berbagai alasan. Karena Benua Asia, Afrika dan Eropa masih bisa dijelajahi dengan jalur darat. Maka memungkinkan jika para Manusia Kera tadi untuk melakukan perjalanan dan terpecah belah. Ditambah, pada ayat tersebut, kata ‘hina’ juga bisa diartikan sebagai ‘dibenci.’ Kemungkinan, para Yahudi yang masih taat kepada Allah, mengusir para Yahudi yang terkutuk tersebut hingga akhirnya mereka berpencar.

Karena pada ayat disebutkan bahwa mereka yang terkutuk itu adalah “peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” Maka, banyak kemungkinan kepunahan mereka adalah karena mereka tetap bertahan hidup untuk beberapa waktu berdampingan/bersaing dengan para manusia-manusia biasa karena mereka sebagai “peringatan bagi orang-orang dimasa itu.” Mereka bisa dijadikan budak atau mungkin diburu karena meresahkan masyarakat. Sehingga hidup mereka sulit dan menjadi primitif dengan mendiami goa-goa dan menggunakan alat seadanya untuk bertahan hidup. (Lihat artikel ini untuk mendapatkan informasi lebih).

Lantas, mengapa dengan jelasnya ayat-ayat Al-Qur’an dan kebenaran-Nya. Masih sering ditemui teori tentang Evolusi Manusia? Bahkan, saat saya menjalani Ujian Nasional, soal tentang teori ini ada! MasyaAllah! Tidak lain dan tidak bukan, bisa kita ambil hubungan antara sifat-sifat Yahudi dengan para Manusia Kera itu yang notabene adalah dari kalangan orang-orang Yahudi sendiri. Seperti yang sering disebutkan di Al-Qur’an, sifat-sifat Yahudia adalah:

• Keras hati dan zalim (Q.S. Al-Baqarah [2] : 75, 91, 93, 120, 145, 170; Q.S. An-Nisa [4] : 160; Q.S. Al-Maidah [5] : 41) = Inilah yang membuat Allah murka karena kezaliman mereka.


• Amat mengetahui kekuatan dan kelemahan orang-orang Islam seperti mereka mengenal anak mereka sendiri (Q.S. Al-Anam [6] : 20) = Dengan kata lain, disinilah letak keunggulan Yahudi sekarang (dan dahulu). Mereka mengerti kita para umat Islam, mereka mengerti kelemahan kita. Mereka dapat dengan mudah mengacaukan dan berbuat kerusakan. Jumlah Yahudi tidaklah sebanyak orang Islam, namun dengan perbekalan pengetahuan yang baik tentang orang-orang Islam, tentu mudah bagi mereka untuk melawan kita. Karena itulah, teori tentang Evolusi Manusia bisa saja dijadikan alat untuk membuat umat Muslim yang tidak pernah menyentuh Al-Qur’an agar lalai dan tidak mengerti.

• Menyembunyikan bukti kebenaran (Q.S. Al-Baqarah [2] : 76,101,120,146; Q.S. Ali Imran [3] : 71) = Bermodalkan pengetahuan tentang Rasulullah, ditambah pula dengan sifat mereka yang menyembunyikan bukti kebenaran. Habislah sudah!

Dan lihatlah secara jelas dan lebih banyak di artikel ini.

Itulah Al-Qur’an, cahayanya terang benderang untuk menyinari manusia akan kegelapan ilmu. Saya sangat menikmati dalam menulis artikel ini, karena saya merasakan secara langsung keajaiban Al-Qur’an dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup. Karena saya bukanlah seorang ahli yang meneliti kasus ini bertahun-tahun, saya hanyalah mahasiswa yang mencoba membuat artikel ini dengan waktu tak lebih dari seminggu. Namun, karena Al-Qur’an, rasanya artikel ini begitu berbobot dan dapat di buktikan. Maha Suci Allah!

• – – – – • • – – –

Kembali membahas pokok permasalahan artikel ini. Maka disimpulkan bahwa, Nabi Adam-lah yang lebih dahulu diciptakan sebelum Manusia Kera. Karena kemungkinan, manusia-manusia kera tersebut adalah masih keturunan Nabi Adam yang menjadi orang-orang Yahudi pada masa kenabian setelah Nabi Adam.

Selanjutnya, adakah penghuni langit dan bumi sebelum Nabi Adam dan Manusia Kera? Adakah penghuni langit di luar sana? Adakah Alien?! Benarkah Alien tersebut benar-benar penghuni langit selain Jin, Malaikat atau Manusia?

Semenjak awal abad ke-20, masyarakat semakin antusias dengan makhluk ini. Apalagi, banyak beredar bukti-bukti yang menginformasikan bahwa keberadaan makhluk langit itu ada. Lewat foto-foto atau kisah-kisah dari seseorang. Dengan laporan adanya kendaraan bercahaya, atau makhluk-makhluk aneh.

Beberapa pemuka beranggapan, jika suatu saat ditemukan adanya kehidupan di luar Bumi, maka dogma-dogma agama akan terbantahkan. Itu sebabnya, beberapa pemuka agama tertentu merasa segan untuk berurusan dengan topik ini dan memilih tidak mepercayai keberadaannya.

Tidak sama dengan yang lainnya, Islam muncul sebagai penerang. Allah berfirman: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi serta makhluk-makhluk­ melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya­.” (Q.S. As-Syuura [42] : 29).

Pada ayat diatas, “langit” lebih cenderung mengacu pada luar angkasa, bukan atmofer Bumi. Islam sebagai Rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi alam semesta), menerima keberadaan makhluk hidup di luar angkasa sebagai bagian dari ciptaan Allah yang Mahakuasa.

Jadi, apakah Alien atau UFO bisa dianggap sebagai suatu kebenaran?

Allah tidak pernah menyebutkan tentang makhluk-makhluk beradab selain Jin, Malaikat dan Manusia. Juga tidak disebutkan adanya planet lain yang memiliki kehidupan. Kasus ini sering menjadi perdebatan di kalangan Alim Ulama.

Di dalam Al-Qur’an maupun Hadits, sering disebut-sebut tentang para penduduk langit. Sebagian ulama menafsirkan penduduk langit adalah para malaikat yang menjalankan tugasnya di seluruh penjuru langit. Namun, ada sebuah Hadits yang menarik tentang kasus ini:

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah, MalaikatNya, serta penduduk langit dan bumi, hingga semut yang ada di dalam lubangnya, dan ikan-ikan di lautan, (semuanya) bersalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan pada manusia” (HR. Tirmidzi).

Pada Hadits diatas, Rasulullah membedakan antara “Malaikat-Nya” dan “penduduk langit.” Ada yang berpendapat bahwa penduduk langit adalah orang-orang yang di surga. Ada pula pendapat bahwa para penduduk langit adalah para nabi yang sudah wafat. Keduanya bisa saja benar. Namun, ada sebuah artikel yang menarik, mereka berpendapat bahwa penduduk langit terdiri dari malaikat dan makhluk-makhluk selain malaikat, yang dalam hal ini merupakan rahasia Allah. Allah berkuasa untuk menciptakan makhluk-makhluk berperadaban di berbagai planet di seluruh penjuru alam semesta. Tidak disebutkan dalam Al-Qur’an bukan berarti mereka tidak ada. Sebagaimana kesamaan, di dalam Al-Qur’an hanya disebutkan tentang 25 nabi dan rasul. Namun jumlah nabi yang sesungguhnya sangatlah banyak (sekitar 125.000 orang). Karena yang wajib diimani hanyalah ke-25 nabi dan rasul tersebut. Baca perbedaan antara rasul dan nabi disini.

Tidak usah diambil pusing, hanya Allah-lah yang tau pasti keberadaan atau ketidakberadaan makhluk-makhluk penghuni langit selain Jin dan Malaikat. Namun, jika suatu saat terbukti bahwa ada penghuni langit, maka itu tidak bukan adalah bukti kebenaran firman Allah, dan memang Allah-lah Mahabenar! Karena Islam adalah rahmat bagi seluruh alam semesta, bukan hanya Bumi yang terinjak oleh kita.

• – – – – • • • – –

Namun, bagi Kalian yang tetap belum terpuaskan. Mungkin teori ini bisa dijadikan pelajaran. Belakangan muncul beberapa fenomena yang menggegerkan mengenai Alien dan UFO. Banyak kasus-kasus yang menimbulkan rasa penasaran. Beberapa mengaku telah diculik atau ditemui oleh makhluk-makhluk ini. Ditambah dengan fenomena Crop Circle. Mereka yang mengaku diinterogasi oleh Alien dan kemudian dilepaskan setelah diberi informasi-informasi yang aneh. Antara lain:

Umumnya mereka mengaku berasal dari gugusan bintang, seperti Pleiades, Orion, dsb. Meskipun ada yang mengaku sebagai penduduk asli bumi keturunan dinosaurus yang punah. 

Umumnya mereka mengaku sudah lama mengamati manusia dan tidak memiliki niat buruk. 

Umumnya mereka memberi informasi tentang sejarah bumi dan alam semesta yang berbeda-beda menurut versi masing-masing jenis Alien.
 
 Dan yang paling mengkhawatirkan, mereka menyampaikan tentang sejarah keberadaan manusia (ataupun tentang Adam dan Hawa) yang sangat bertentangan dengan apa yang selama ini tertera pada Al-Qur’an.

Dan parahnya, cerita itu berbeda-beda versi pula tergantung jenis Aliennya. Bahkan ada yang mengaku sebagai pencipta manusia melalui rangkaian percobaan mutasi pada kera-kera purba. Sumber

Akibatnya, telah banyak orang yang terjerumus dalam Atheis, atau bahkan menghambakan diri pada makhluk-makhluk itu. Salah satu makhluk yang mengaku keturunan asli dinosaurus (Reptilian Race) bahkan mengaku perduli dengan umat manusia dan memberitahukan bahwa manusia diciptakan sebagai hasil rekayasa genetik oleh Alien yang disebut Elohim untuk kelak dijadikan budak. Dalam bahasa Hebrew Elohim berarti adalah Tuhan.

Sebagai seorang muslim yang berpegang teguh pada Firman-Nya, seharusnya kita sudah mengetahui apa motif dibalik tujuan dari informasi-informasi tersebut. Yaitu, menyebarkan informasi yang secara berkelanjutan dapat menjauhkan manusia dari Agama.

Alhamdulillah, sebagai seorang muslim yang dibekali Al-Qur’an, dijelaskan bahwa di bumi ini juga ada makhluk berakal lain selain kita, yaitu bangsa Jin. Kita tahu bahwa beberapa golongan Jin memiliki kemampuan untuk mewujudkan diri di dimensi manusia. Dan kita juga tahu bahwa, sebagian dari mereka yang disebut sebagai Syaitan, juga memiliki motif yang identik yaitu menjerumuskan manusia dalam kesesatan.

Dari gambaran diatas, kita bisa berkesimpulan mengenai siapa dalang dari semua mis-informasi ini. Perlu diperhatikan juga dalam referensi buku “Dialog dengan Jin Muslim” karya Muhammad Isa Dawud, diberitakan bahwa beberapa golongan Jin (terutama Syaitan), memiliki pula teknologi yang sangat maju, yang mungkin mustahil bagi manusia untuk mengikutinya. Bisa jadi disebabkan karena kelebihan fisik mereka yang bahkan sanggup memindahkan benda-benda berat dalam waktu sekejap seperti dikisahkan pada Nabi Sulaiman as. Jadi berdasarkan keterangan-keterangan tersebut, kemungkinan besar biang keladi dari penyesatan ini tak lain adalah Syaitan yang menyamar sebagai Alien.

Islam mengajarkan kita untuk menempatkan diri secara benar.

Kesimpulannya, Menurut Al-Qur’an dan Pemahaman Manusia Tentang Alam Semesta, Manusia Purba, Nabi Adam dan Alien, InsyaAllah telah saya kupas habis pada artikel ini.

Apa yang saya tulis pada artikel ini, sebagian besar memiliki sumbernya masing-masing. Dan sumber paling terpercaya adalah Al-Qur’an, sedangkan tafsirannya adalah usaha manusia dalam memahami Firman-Nya. Soal kebenaran dan ketepatan artikel ini, hanya Allah yang bisa secara tepat menilainya, 

Allahu ‘alam.

Tak lupa, saya hanyalah seorang Adith Widya Pradipta. Saya masih haus akan ilmu dan saya sangat ingin bermanfaat bagi agama Allah. Aamiin.

Saya akhiri, Wassalamu ‘alaikum


No comments: