MEMBINA KEAGUNGAN HAMBA KEPADA SANG
PENCIPTA-NYA
Manusia sering tertipu dan kehidupan dunia inilah yang
sering menipu manusia.. tidak kira di mana,waktu apa, susah atau
senang,sakit atau sihat,kaya atau miskin, ada sahaja bentuk tipuan yang
paling kurang melalaikan kita dari tugas sebenar kita di dunia ini dan
akan kehidupan akhirat yang kekal abadi itu.. Kematian kita kian
hampir,dan semakin hampir. Masihkah kita sanggup terus ditipu?..
SEBAB-SEBAB HATI TERHIJAB
JASAD
batin atau ruh yang selalu kita artikan sebagai hati, mempunyai
kemampuan memandang dan mengenal sesuatu, merasakan kesenangan dan
kesusahan, mengetahui yang lahir maupun yang batin khususnya mengetahui
keberadaan Allah SWT.
Itulah kelebihan manusia daripada makhluk
lain yaitu mempunyai hati yang dapat mengenal Allah dengan
sebenar-benarnya sehingga menjadi hamba Allah yang benar-benar takut
pada Allah. Sebagaimana difirmankan oleh Allah : Terjemahannya : Apabila
disebut nama Allah, gemetarlah hati-hati mereka.(Al Anfaal : 2)
Hati
yang terang-benderang seperti itu dimiliki oleh para ‘ariffin,
muqarrobin dan solehin. Hati mereka dapat melihat dan betul-betul
mengenal sifat-sifat keagungan Allah. Karena itu mereka benar-benar
dapat menghambakan diri kepada Allah SWT. Sebaliknya ada juga manusia
yang hatinya gelap (buta) tidak dapat melihat dan mengenal Allah. Hal
itu juga difirmankan oleh Allah SWT : Terjemahannya : Adakah orang yang
mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu
benar sama seperti orang yang buta (mengetahui)? Hanyalah orang-orang
yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.(Ar Ra’d : 19)
Firman
Allah lagi :Terjemahannya : Mereka itulah orang-orang yang hatinya,
pendengarannya dan penglihatannya telah dikunci oleh Allah dan mereka
itulah orang-orang yang lalai.(An Nahl : 108)
Dari
Umar Al Khattab, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud :"Cap penutup
hati tergantung di kaki arasy. Bila seseorang melanggar larangan Allah
(menghalalkan yang diharamkan oleh Allah) maka Allah akan menutup hati
mereka dengan cap penutup hati tersebut."
Bila hati sudah buta,
atau sudah dikunci mati oleh Allah SWT, maka hati tidak dapat lagi
mengenal Allah. Begitulah hati orang-orang kafir dan munafik yang
menyebabkan mereka menolak kebenaran.
Namun bukan hanya hati
orang kafir dan munafik saja yang sudah buta, kita sebagai umat Islam
pun masih banyak yang hatinya buta. Buktinya adalah kita masih sering
membuat dosa (kecil atau besar). Orang yang masih membuat dosa adalah
orang yang tidak takut pada Allah. Orang yang tidak takut pada Allah
adalah orang yang tidak kenal siapa Allah. Jika tidak kenal Allah
menandakan bahwa hati telah buta.
Sabda Rasulullah SAW :
Terjemahannya : Sesungguhnya seorang mukmin apabila ia melakukan dosa
maka terjadilah satu bintik hitam di hatinya. Jika dia bertaubat dan
berusaha membuangnya (bintik hitam tersebut) maka akan selamatlah
hatinya. Kalau dosanya bertambah maka hatinya akan semakin terkunci.
Sabda
baginda lagi yang maksudnya :Orang yang membuat satu dosa hilanglah
sebagian akalnya untuk tidak kembali lagi selama-lamanya.
Kalau
mata kita buta, maka kita tidak dapat melihat, tidak dapat mengenal
bahkan tidak dapat berjalan lagi. Begitulah kalau hati kita buta, kita
tidak dapat mengenal Allah dan tidak dapat menempuh jalan syariat lagi.
Kita tidak takut, tidak redha, tidak tawakal, tidak yakin, tidak
berharap kepada Allah, tidak cinta, tidak yakin dengan janji-Nya yaitu
Syurga, Neraka, Hari Hisab, siksa kubur, dan lain-lain lagi. Bila
perasaan tersebut sudah tidak ada di hati kita maka datanglah penyakit
hati.
Firman Allah :Terjemahannya : Dalam hati mereka ada penyakit
lalu ditambah Allah penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih
disebabkan mereka berdusta. (Al Baqarah : 10)
Mereka akan
tersiksa di dunia dan di Akhirat. Di dunia mereka akan merasa kecewa,
putus asa, berkeluh kesah, dan tidak tenang. Di akhirat tentulah lebih
tersiksa lagi.
Penyakit hati yang Allah maksudkan itu
diantaranya ialah iri dengki, dendam, buruk sangka, serakah, cinta
dunia, bakhil, pemarah, penakut, riya', ujub dan sombong.
Langkah
pertama yang wajib ditempuh untuk mengobati penyakit hati kita ialah
dengan mengobati hati yang buta itu. Bila hati sudah tidak buta maka
penyakit-penyakit hati lainnya akan hilang dengan sendirinya.
Kalau
mata kita sakit atau buta, maka kita akan pergi ke dokter mata. Mungkin
mata kita akan dibersihkan, dibedah dan sebagainya. Begitupun kalau
hati kita yang buta, maka kita mesti memberi pengobatan yang sesuai.
Untuk itu mari kita lihat dulu apakah yang menyebabkan hati terhijab? Di antaranya adalah:
a. Memakan makanan haram dan makanan syubhat, baik sadar atau tidak.Bersabda Rasulullah SAW yang maksudnya:"Hati itu dibina dengan apa yang dimakan."
Hati
kita adalah segumpal darah yang mengandung sel-sel darah merah dan
zat-zat besi. Sel dan zat-zat itu berasal dari makanan yang kita makan.
Kalau makanan kita bersih (halal mengikut syariat Islam) maka sel dan
zat itu juga bersih sehingga hati kita juga akan bersih. Sebaliknya
kalau makanan yang kita makan itu kotor (haram dan syubhat) baik benda
itu haram atau uang yang digunakan untuk membelinya haram, maka sel dan
zat-zat besi, atau zat-zat yang membina hati kita itu kotor, busuk dan
gelap.
Hati seperti wadah yang terbuka. Hati yang kotor tidak
akan menerima taufik dari Allah sebab Allah tidak akan memberi taufik
dan hidayah kepada hati yang kotor. Sama halnya kita tidak akan
memasukkan makanan ke dalam piring yang kotor. Apalagi taufik dan
hidayah dari Allah itu sangat tinggi harganya. Bila hati tidak bisa
melihat kebenaran maka tidak akan terasa kebesaran, kehebatan, kasih
sayang dan didikan dari Allah, tidak terasa anugerah, penjagaan,
pengawasan dan pembelaan Allah. Kalau hati tidak mendapat hidayah dan
taufik lagi maka kita akan menjadi orang yang sesat dan selalu terlibat
melakukan maksiat dan mungkar.
Bersabda Rasulullah SAW : Terjemahannya
: Dalam diri anak Adam itu ada segumpal daging. Bila baik daging itu
baiklah seluruh anggota dan seluruh jasad. Bila jahat dan busuk daging
itu jahatlah seluruh jasad. Ketahuilah, itulah hati.(Riwayat Al Bukhari
& Muslim)
Firman Allah : Terjemahannya : Dan makanlah
makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
kepadamu dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman dengan-Nya. (Al
Maidah : 88)
Perintah memakan makanan yang halal adalah
wajib. Kalau kita makan makanan yang haram dalam keadaan sadar bahwa
benda yang kita makan itu haram maka kita akan berdosa dan hati kita
akan gelap. Tetapi kalau makanan yang haram dan syubhat itu kita makan,
tanpa diketahui bahwa benda itu haram dan syubhat maka kita tidak
berdosa tetapi hati kita yang dibina dari makanan itu tetap akan gelap.
Atas
dasar itulah Sayidina Abu Bakar As Siddiq mengorek kembali makanan yang
telah ditelannya hingga muntah-muntah, setelah dia mengetahui bahwa
makanan itu sumbernya adalah syubhat. Amirul Mukminin itu merasa cukup
takut bila makanan itu akan membutakan hatinya. Setelah mengorek makanan
itu, dengan rasa bimbang bila saja ada sisa-sisa makanan tersebut yang
masih ada dalam perutnya, maka beliau pun berdoa, "Ya Allah, jangan
Engkau bertindak kepadaku akan apa yang telah jadi darah dagingku"
Begitulah
Sayidina Abu Bakar menjaga hatinya. Sebab itu hatinya menjadi
terang-benderang. Jadi, tidak mengherankan kalau keyakinan beliau cukup
kuat dengan Allah. Rasulullah SAW pun memuji beliau dengan sabda
baginda : Terjemahannya : Kalau dibandingkan iman Abu Bakar dengan iman
seluruh manusia kecuali Nabi dan Rasul niscaya imannya masih lebih
baik. Hal yang serupa terjadi pada Imam Nawawi. Semasa hidupnya ia
tidak makan buah-buahan di Damsyik karena merasa buah-buahan itu
syubhat. Beliau sangat menjaga hatinya.
Hati yang
terang-benderang akan mempunyai basirah (pandangan batin) yang tajam
yang dapat menembus alam gaib dan alam kerohanian. Bila alam gaib yang
hebat itu bisa terlihat oleh kita maka alam yang lahir itu sudah tidak
berarti apa-apa.
Perbandingannya seperti ini : Misalnya suatu
hari kita diundang menjadi tetamu raja. Maka masuklah kita ke istana.
Di sana kita akan diberi dengan pelayanan yang istimewa, dengan pakaian
dan makanan, peralatan dan perhiasan yang tidak pernah kita jumpai. Kita
merasa sangat gembira dan kita merasa tidak mau kembali lagi ke rumah
kita, sebab rumah kita sudah tidak berharga apa-apa lagi dibandingkan
dengan kehidupan yang indah di istana.
Begitulah keadaan
mereka yang bisa melihat kehebatan alam gaib. Alam yang lahir menjadi
tidak berharga lagi. Karena itulah Sayidina Abu Bakar r.a bisa
mengorbankan semua harta bendanya kepada jihad fisabilillah hingga tidak
ada apa-apa lagi yang ditinggalkan untuk anak isterinya. Beliau mau
menebus kehidupan di alam gaib yang maha hebat dengan menggadaikan
seluruh harta benda dunia yang murah itu. Begitu juga sahabat-sahabat
yang lain dan mujahid-mujahid Islam, mereka telah mengorbankan dunia
yang sedikit itu untuk membeli kehidupan akhirat yang agung di alam
baqa’ nanti.
Firman Allah : Terjemahannya : Sesungguhnya
Allah SWT telah membeli dari orang mukmin, diri dan harta mereka dengan
(harga) Syurga untuk mereka. (At Taubah : 111)
Mari
kita mengobati hati kita dengan menghindar dari makanan yang haram.
Langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengelak dari makanan yang
haram diantaranya ialah :
Jangan memakan makanan yang zatnya jelas haram seperti arak atau makanan yang dicampur arak atau daging yang tidak disembelih. Jangan
memakan makanan yang bernajis baik sifatnya najis (karena dibuat dari
bahan yang tidak halal) atau karena cara mencucinya tidak betul atau
tidak menurut syariat, sehingga tetap najis (tetap tidak halal). Jangan memakan daging yang disembelih secara tidak halal dan membersihkannya tidak menurut syariat. Jangan
memakan makanan yang dibeli dengan uang yang haram (sekalipun makanan
itu halal). Uang yang haram contohnya uang suap, uang riba, uang curian
dan tipuan. Jangan kita memakan makanan dari usaha yang haram seperti riba, pelacuran, judi, dan lain-lain.
Makanan
syubhat ialah makanan yang kita ragukan halal atau haram dan uang
syubhat ialah uang yang sumbernya kita ragukan halal atau haram. Makanan
dan uang yang syubhat itu wajib dielakkan supaya kita berpeluang
memperoleh kejernihan batin untuk mengenal Allah dengan pengenalan yang
sebenarnya. Sekarang ini banyak makanan di restoran yang
menyalahgunakan perkataan 'HALAL' dan 'ISLAM' sebagai tanda perniagaan
mereka. Kita harus berhati-hati juga sebab musuh Islam telah
menyalahgunakan kata-kata 'HALAL' dan 'ISLAM' itu untuk keuntungan perut
dan kantong mereka saja. Mereka sama sekali tidak takut pada Allah dan
tidak ingin untuk mencari keredhaan-Nya.
Makan makanan yang halal tetapi berlebihan juga menjadi satu faktor penentu kepada corak hati kita. Sabda Rasulullah SAW : Terjemahannya : Wadah yang paling dibenci oleh Allah adalah perut yang penuh dengan makanan yang halal.
Allah
benci kepada perut yang penuh dengan makanan sebab perut yang penuh itu
akan melemahkan kegiatan hati sehingga tidak kuat untuk memandang pada
alam gaib.
Bila hati lemah maka manusia menjadi lalai dan
malas. Malas beribadah dan mudah terjebak dalam maksiat. Atas dasar
itulah para salafussoleh mengurangi porsi makan mereka.
Rasulullah
SAW selalu melatih perutnya untuk berada dalam keadaan lapar. Beliau
pernah meletakkan batu di perut dan kemudian mengikat perutnya dengan
kain agar tidak terasa kekosongan perut yang memang kosong. Beliau
jarang berada dalam keadaan kenyang. Jika satu hari kenyang, maka tiga
hari lapar. Beliau selalu berpuasa satu hari, kemudian satu hari lagi
berbuka.
Begitu pula cara hidup yang ditempuh oleh Nabi
Sulaiman a.s yang dikenal sebagai orang kaya-raya. Beliau selalu
berpuasa dan hanya memakan roti kering dan air putih. Nabi Yusuf a.s pun
ketika menjadi menteri di Mesir melakukan sehari berpuasa dan sehari
berbuka. Bila ditanya mengapa Beliau berbuat begitu, jawabnya, "Di hari
aku lapar, aku dapat merasa bahwa aku adalah hamba yang memerlukan
pertolongan Allah. Di hari aku kenyang maka aku dapat bersyukur pada
Allah SWT yang memberikan rezeki."
Begitulah cara hidup
Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul, orang-orang muqarrobin dan orang-orang soleh.
Mereka berjuang melawan nafsu untuk membersihkan hati supaya merasa
diri sebagai hamba Allah yang lemah dan hina dina. Cara hidup mereka
itulah yang wajib kita contoh. Kita mesti senantiasa berperang dengan
nafsu yang selalu mengajak kita lalai dari Allah.
Mari kita
obati hati kita dengan cara mengurangi makan. Langkah-langkah praktis
yang mesti diambil untuk mengurangi makan di antaranya ialah :
Hidangan
makanan kita janganlah lebih dari dua jenis lauk. Itulah amalan
Sayidina Umar. Beliau tidak makan dengan lebih dari dua jenis lauk.
Sebab bila jenis lauk sudah bermacam-macam nafsu kita bertambah besar
untuk merasakan semua jenis lauk. Makanan itu sebaiknya sederhana,
jangan terlalu enak. Sebab kalau terlalu enak, kita tidak mampu mengawal
nafsu untuk makan berlebihan. Jangan menyimpan berbagai kelebihan
makanan dalam rumah, sebab bila makanan tersedia maka kita senantiasa
berfikir untuk makan. Sebaliknya kalau tidak ada simpanan makanan, nafsu
tidak akan mengajak kita berfikir untuk makan.Coba memperbanyak puasa sunat seperti di hari Senin dan Kamis atau paling kurang tiga hari dalam sebulan.
Harus
kita fahami bahwa langkah-langkah di atas adalah untuk membersihkan
hati dan membuat hati kita merasa menjadi hamba Allah yang lemah dalam
segala masalah kita.
b. Pandangan dan Pendengaran yang Haram
Kita
telah sepakat bahwa : "Dari mata turun ke hati." Artinya hasil dari
pandangan (termasuk pendengaran) bukan sekedar terasa di mata dan
telinga tetapi akan bersambung dan berkesan di hati. Kalau apa yang kita
pandang dan dengar itu baik, maka hati kita akan menerima kebaikannya.
Sebaliknya kalau yang kita pandang dan dengar itu maksiat dan mungkar
(haram), maka hati kita akan berisi kejahatan dan kemungkaran itu.
Hati
yang senantiasa menerima pandangan dan pendengaran yang mungkar akan
menjadi hati yang gelap dan pekat, buta dari melihat keagungan Allah.
Hati itu tidak lagi merasa takut pada Allah, bahkan cinta dan rindu pada
Allah SWT akan hilang.
Saya rasa kita semua tentunya
memiliki pengalaman pribadi terhadap hal itu. Kalau setiap hari hati
kita terisi dengan zikrullah, bacaan Al Quran, puasa, shalat sunat,
membaca kitab dan mendengar pengajian agama, hati kita akan lembut,
terasa indah dalam beribadah kepada Allah, rindu kepada kebaikan, benci
dan takut kepada dosa.
Tetapi kalau setiap hari hati kita isi
dengan program TV, berkata-kata kosong, mengumpat dan mencaci, membaca
majalah hiburan yang penuh maksiat, mendengar lagu-lagu pop, maka kita
akan menjadi malas beribadah, memandang kecil tentang cara hidup sunnah,
tidak ada rasa takut dengan Allah, tidak membesarkan Allah apalagi
untuk rindu pada-Nya, tidak suka pada pemuka agama dan lupa pada
Akhirat. Hati kita menjadi cinta kepada dunia dengan segala hiburannya.
Hati selalu ingin lepas, bebas tanpa disekat oleh hukum Islam, malas
berjuang dan berangan-angan, serta ingin hidup lebih lama lagi. Itulah
bukti-bukti yang menunjukkan bahwa tindakan lahir, pendengaran dan
penglihatan yang haram akan membuat hati kita buta kepada kebenaran.
Allah
berfirman : Terjemahannya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dari setetes mani yang bercantum (benih) yang akan Kami mengujinya
(dengan perintah dan larangan) karena itu Kami menjadikan dia mendengar
dan melihat. (Al Insaan : 2)
Tujuan Allah memberi kita mata
dan telinga adalah untuk mencari dan mengenal pencipta kita yaitu Allah
SWT. Selain itu supaya kita sadar untuk berbakti dan menurut
perintah-Nya. Firman-Nya : Terjemahannya : Tidak Aku jadikan jin dan
manusia melainkan untuk menyembah Aku. (Adz Dzaariyat : 56)
Kita
mesti merasa bahwa diri kita adalah sebagai hamba dalam melaksanakan
perintah suruhan dan larangan dari Allah. Yang penting adalah rasa
kehambaan. Ibadah yang sebenarnya adalah yang berasal dari rasa
kehambaan. Kalau waktu beribadah itu kita tidak merasa hina dan tidak
merasa hamba, tetapi merasa besar diri, sombong, marah, dengki, maka
amalan lahir itu bukan lagi dinilai ibadah. Sama halnya dengan seorang
kuli yang menghadap tuannya dengan rasa besar diri, dengan bertolak
pinggang. Bukankah lebih baik bila ia tidak menghadap, sebab tentu akan
menimbulkan kemarahan tuannya.
Hidup bukan untuk dunia tetapi hidup
untuk Allah dan untuk mencari bekal kembali ke Akhirat. Untuk tujuan
itulah kita dikaruniakan Allah pendengaran dan penglihatan. Gunakanlah
keduanya sebaik mungkin sebagai alat untuk sampai kepada tujuan yang
diredhai-Nya.
Mari kita obati hati kita dengan menjaga
pandangan dan pendengaran hanya kepada yang dapat mengingatkan kita
kepada Allah, merasa takut pada-Nya dan untuk berbakti pada-Nya.
Langkah-langkah yang sebaiknya diambil di antaranya ialah :
Banyakkan
membaca Al Quran dan terjemahannya, hadist dan kitab-kitab serta
buku-buku agama termasuk majalah dan risalah yang berunsur dakwah. Dalam
waktu yang sama, elakkan dari membaca buku-buku khayalan, majalah
hiburan dan berita-berita yang jauh dari kebenaran. Selalu
mengunjungi mesjid, tempat pengajian agama, majelis dakwah, tahlil dan
zikrullah serta mengelak dari tempat-tempat maksiat, acara-acara yang
liar (pergaulan bebas) dan keluar rumah tanpa tujuan, sebab di luar
banyak pandangan dan pendengaran yang membawa kepada maksiat. Juga kita mengelak dari bergaul dengan kawan yang mengajak kita kepada maksiat. Mendatangi orang-orang soleh, sebab dengan melihat mereka, dapat memberi Kekuatan. Ingat mati, karena selalu mengingat mati akan melembutkan hati. Elakkan
dari menonton program TV yang tidak berfaedah. Sekali kita biarkan mata
dan telinga kita memandang dan mendengar perkara yang dibenci oleh
Allah, maka selama itu kita biarkan nafsu menjadi raja di hati kita
sehingga kita lalai dan tidak takut kepada penglihatan dan pengawasan
Allah. Lebih baik kita tidur daripada menonton TV sampai larut malam.
Hasilnya kita bisa bangun dengan segar untuk menyembah Allah dan
mendekatkan hati pada-Nya. Kalau hati kita merasa sama saja antara
melihat maksiat atau tidak, itu tandanya hati kita sudah rusak dan jauh
dari Allah.
Itulah di antaranya langkah-langkah yang perlu
diambil untuk menjernihkan batin kita. Perlu diingat bahwa
langkah-langkah itu mesti diperjuangkan sungguh-sungguh dan terus
menerus.
Kita jangan cepat jemu atau mudah terpengaruh dengan
bujukan nafsu liar kita. Dan janganlah kita mengharap untuk memperoleh
hasilnya dalam jangka waktu yang singkat. Sebab menurut pengalaman
orang-orang yang telah menempuh jalan itu, waktu paling singkat untuk
memperoleh hati yang bersih (taraf kerohanian yang tinggi) melalui
mujahadah melawan hawa nafsu (mujahadatunnafsi) adalah 20 sampai 30
tahun lebih.
Waktu yang akan kita tempuh, sesuai dengan waktu
yang kita gunakan untuk maksiat. Sejak dalam perut ibu, kita sudah
menerima makanan yang tidak jelas halalnya. Setelah lahir pun kita
berada di tengah-tengah maksiat dan macam-macam kemungkaran. Hati kita
sudah gelap pekat dengan karat-karat dosa yang kita lakukan secara sadar
atau tidak. Jadi memang sudah selayaknya kalau kita korbankan 20-30
tahun umur kita yang akan datang untuk membersihkan hati nurani kita.
Mudah-mudahan di akhir umur kita, dapat kita rasakan kebersihan hati dan
keselamatan dari mazmumah. Mudah-mudahan kita dapat menghadap Allah
membawa hati yang selamat. Firman Allah : Terjemahannya : Di
hari itu (hari kita meninggal dunia) tidak berguna lagi harta dan anak
kecuali mereka yang menghadap Allah membawa hati yang selamat. (Asy
Syuara’: 88-89)
Apabila ruh kita sudah
bersih dan sudah kembali pada fitrahnya semula (sewaktu di alam ruh),
maka kita akan merasakan bermacam-macam pengalaman batin yang luar
biasa. Tapi hal itu juga tergantung kepada taraf kebersihan ruh yang
dapat kita capai. Ada dua peringkat ruh yang bersih yaitu :
1. Ruh yang terlalu bersih (orang yang Mukasyafah)
Biasanya
dicapai oleh muqarrobin. Ruh itu dapat menembus hijab antara alam dunia
dan malakut dan dapat melihat segala rahasia-rahasia batin manusia.
Hal-hal
yang biasanya oleh orang biasa dilihat di alam mimpi maka mereka dapat
melihatnya di waktu sadar. Contohnya : kalau ada seseorang yang sifat
batinnya seperti anjing maka orang itu akan terlihat oleh mereka seperti
anjing. Kalau orang biasa mendapat ilmu dengan belajar maka mereka
memperoleh ilmu melalui ilham.
2. Ruh yang bersih
Tingkatan
itu dapat dicapai oleh orang-orang soleh. Ruh mereka dapat mengesan
rahasia-rahasia batin hanya melalui mimpi-mimpi yang benar dan rasa hati
yang benar dan tepat dengan kehendak Allah. Mereka tidak dapat
melihatnya secara nyata, sebab hijab pada diri mereka tidak terangkat
semua. Allah menceritakan hal itu dalam hadist Qudsi, firman-Nya yang
bermaksud : Barang siapa yang memusuhi wali-Ku (orang yang setia
pada-Ku) maka Aku mengisytiharkan perang terhadapnya. Dan tiada amal
seorang hamba-Ku yang bertakwa (yang beramal) pada-Ku yang lebih
Kucintai daripada dia menunaikan semua yang Kufardhukan ke atasnya. Dan
hambaKu yang senantiasa bertaqarrub kepadaKu dengan nawafil (ibadah
sukarela) sehingga Aku mencintainya, maka jadilah Aku seolah-olah
sebagai pendengarannya yang ia mendengar dengannya dan sebagai
penglihatannya yang ia melihat dengannya dan sebagai tangannya yang ia
bertindak dengannya dan sebagai kakinya yang ia berjalan dengannya.
Dan andaikata ia memohon pasti akan Kuberi padanya. Dan andaikata ia berlindung kepada-Ku pasti akan Kulindungi.
Rasulullah
SAW bersabda : Terjemahannya : Takutilah olehmu firasat (pandangan
tembus) orang-orang Mukmin karena ia memandang dengan cahaya Allah.
(Riwayat At Tarmizi)
No comments:
Post a Comment